Halaman

16 Oktober 2015

Kita bukan siapa-siapa

Nu'man bin Tsabit yg dikenal dgn sebutan Abu Hanifah, atau populer disebut IMAM HANAFI, pernah berpapasan dgn anak kecil yg berjalan mengenakan sepatu kayu (terompah kayu).

Sang imam berkata : "Hati-hati nak dgn sepatu kayumu itu, Jangan sampai kau tergelincir."

Bocah ini pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas perhatian Abu Hanifah.

"Bolehkah saya tahu namamu Tuan ?" tanya si bocah.

"Nu'man namaku", Jawab sang imam."

Jadi, Tuan lah yg selama ini terkenal dg gelar al-imam al-a'dhom (Imam Agung) itu ... ??" Tanya si BOCAH.

"Bukan aku yg memberi gelar itu, Masyarakatlah yg berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku."

"Wahai Imam, hati2 dgn gelarmu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka karena gelar ...! Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskan-mu ke dalam api yg kekal jk kesombongan dan keangkuhan menyertainya."

Ulama besar yg diikuti banyak umat Islam itupun tersungkur menangis ....

Imam Abu Hanifah bersyukur. Siapa sangka, peringatan datang dari lidah seorang bocah.

Betapa banyak manusia tertipu karena jabatan, tertipu karena kedudukan, tertipu karena gelar, tertipu karena kemaqoman, tertipu karena Harta yg berlimpah, tertipu krn status sosial ...

Jangan sampai kita tergelincir ... jadi angkuh dan sombong karena gelar, jabatan, status sosial dan kebesaran di dunia.

PEPATAH MENGATAKAN :

"SEPASANG TANGAN YG MENARIKMU KALA TERJATUH LEBIH HARUS KAU PERCAYAI DARIPADA SERIBU TANGAN YG MENYAMBUTMU KALA TIBA DI PUNCAK KESUKSESAN."

PS: cerita ini saya peroleh dari broadcast grup, sehingga sumbernya menjadi tidak jelas. Terima kasih untuk siapa pun yang memberikan kisah ini.

Kisah Suami Istri

Sepasang suami istri sedang makan malam bersama di rumah. Mereka adalah pengantin yang baru menikah 2 bulan. Di tengah makan malam mereka, sang istri membuka pembicaraan..

Istri : “suamiku sayang, bolehkah aku melakukan usul?”.
Suami : “boleh istriku sayang, silahkan!!”.
Istri : “saya ingin kita menulis kekurangan pasangan kita masing2 di kertas kosong..agar kita bisa saling intropeksi diri. tapi janji, tidak ada yang boleh tersingung. bagaimana sayang”.
Suami : “baik istriku, insya Allah..” sambil tersenyum manis

Sang istri kemudian pergi mengambil 2 lembar kertas kosong dan pulpen. Lima belas menit kemudian…

Istri : “sayang saya sudah selesai menulisnya.. apakah engkau juga sudah selesai?”.
Suami : “iya , saya juga sudah selesai!”.
Istri : “baiklah, sekarang tukar kertas kita masing2. Jangan ada yang dibuka dulu. Nanti dibaca secara terpisah setelah saya membereskan makan malam ini!”.
Suami : “iya sayang!” sambil kecup istri

Si istri mulai membereskan makan malam dan suami lantas pergi ke kamar tidur. Beberapa saat kemudian istri kirim sms kepada suami..
“suamiku, sekarang saya sudah selesai. Silahkan buka kertasnya dan baca tulisannya di kamar. saya akan membacanya di dapur ”

Sang suami langsung membuka kertas dan membacanya. Setiap membaca tulisan mengenai kekurangannya, air matanya tidak bisa dibendung, mengalir di setiap sudut matanya. Karena ternyata begitu banyak kekurangan pada dirinya. Sementara itu, di dapur sang istri juga membuka kertas.

Tak lama kemudian sang istri menghampiri suami ke kamar ..

Istri : “bagaimana suamiku, engkau telah membacanya?”
Suami : “sudah istriku, maafkan aku yang tidak bisa sempurna mendampingimu.. maafkan aku,” air matanya semakin deras mengalir

Istri : “iya suamiku, tapi mengapa engkau tidak menulis apapun dikertas itu? padahal aku telah menulis segala kekuranganmu..”

Suami : “wahai istriku tercinta, tahukah engkau? aku mencintaimu apa adanya.. sehingga aku melihat kekuranganmu adalah kelebihanmu dan aku tahu Allah menciptakan setiap manusia dengan berbagai kekurangannya, untuk itu aku sebagai suamimu akan menjadi pelengkap untuk menutupi kekurangan istriku.. aku mencintaimu karena Allah wahai istriku”. sambil menangis dan berbisik lirih di telinga sang istri

Sang istri pun tak sanggup menahan tangis mendengar ucapan dari sang suami yang begitu sangat mencintainya.

Salam silaturahmi.

PS:
Kisah ini saya teruskan dari Whatsspp kakak saya di hari ulang tahun istri saya pada tanggal 16 Oktober 2015. Terima Kasih A.