Halaman

03 Juli 2009

Hari Ke-4, Asma ke-4: Al-Qudduus

Al-Qudduus
Maha Suci (The Holy / The Pure One)

"Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang di bumi. Raja Yang Mahasuci, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana" (Q.S. Al-Jumu’ah [62]:1)

Allah SWT mempunyai sifat yang sangat sempurna, jauh dari segala cacat, kekurangan, kelalaian, dan kesalahan. Oleh karena itu, Allah SWT memiliki nama Al-Qudduus yang artinya Maha Suci. Allah SWT memiliki kesucian yang tidak ada satu pun di alam semesta ini yang menyerupainya.

Kisah Tsabit dan Gadis Suci
Ada seorang bernama Tsabit bin Ibrahim. Ketika ia melewati jalan setapak di samping sebuah kebun, tiba-tiba sebuah apel jatuh dari pohonnya. Tsabit mengambil dan memakannya separuh. Tidak lama, ia menyadari bahwa apel itu bukan miliknya.

Tsabit masuk ke kebun dan menemui seseorang di sana. Ia meminta agar direlakan apel yang telah dimakannya. Namun, tukang kebun itu bukanlah pemiliknya. Pemilik kebun itu tinggal di tempat yang sangat jauh. Setelah mengetahui arah rumah sang pemilik kebun, Tsabit pun memutuskan untuk pergi ke sana.

Sesampainya di rumah pemilik kebun, Tsabit memperkenalkan diri dan memintakan keikhlasan atas apel yang telah dimakannya. Pemilik kebun itu merasa kagum dengan kejujuran Tsabit.
"Aku akan mengikhlaskan apel itu dengan satu syarat. Engkau harus menikahi putriku," kata si pemilik kebun. Tsabit menyetujuinya.
"Akan tetapi, ia buta, tuli, bisu, dan tidak bisa berjalan." Kata si pemilik kebun melanjutkan. Tsabit tak menolaknya. Ia tetap menyetujuinya karena ingin mencari keridhaan Allah SWT.

Setelah menikah, Tsabit menemui istrinya. Ia terkejut karena istrinya tidak seperti yang diceritakan ayahnya. Istrinya adalah seorang yang cantik, tidak buta, tidak tuli, tidak bisu, dan tidak cacat. Melihat keheranan Tsabit, istrinya pun menjelaskan, "Aku buta dari melihat ha-hal yang diharamkan Allah SWT. Aku tuli dari suara-suara yang tidak diridhai Allah SWT. Aku bisu karena hanya menggunakan lidahku untuk berdzikir. Aku cacat karena kaki ini hanya digunakan untuk melangkah ke tempat yang diridhai Allah SWT."

Akhirnya mereka hidup bersama dalam ketaatan pada alah SWT. Mereka dikaruni seorang anak laki-laki yang kemudian menjadi seorang imam, dan terkenal dengan nama Imam Abu Hanifah.
Alah SWT menyukai orang-orang yang selalu menjaga kesucian dirinya untuk mendapatkan ridha-Nya. Oleh karena itu, mari kita selalu menjaga kecusian hati dan perbuatan kita.

Tidak ada komentar: