Halaman

10 September 2009

Memaafkan (bagian 1)

Pada sebuah threadnya Lukman (a.k.a @lukmandisini), ia menulis "Memaafkan dan melupakan adalah dua hal yang berbeda -214-". Istilah yang sering didengar adalah "Forget is better than Forgive". Sejenak teringat sebuah kisah yang pernah diceritakan saat saya sekolah dulu. Cerita tentang anak yang pemarah dan pagar kayu.



Di suatu tempat, terdapat seorang anak yang pemarah dan pendendam. Ia seringkali tersinggung dan kesal. Ayahnya yang memperhatikan sikap anaknya mencoba menasehatinya.
"Nak, kau lihat pagar kayu di depan rumah kita?", tanya Ayahnya.
"Ada apa dengan pagar kita?", Anaknya balas menjawab.
"Bila engkau marah kepada seseorang, ambil paku dan tancapkanlah pada pagar itu. Maka kemarahanmu bisa terobati", jelas Ayahnya.

Anak itu mengikuti perkataan ayahnya tanpa mengetahui maksudnya. Setiap kali ia marah, ia menancapkan paku di pagar rumahnya. Sampai-sampai sudah banyak paku yang menancap di pagar. Anak tersebut menghampiri ayahnya sambil tersenyum.
"Ayah, sekarang setiap kali saya marah, saya menancapkan paku di pagar. Sekarang hampir tidak ada tempat untuk menancapkan paku lagi".
Ayahnya sedih mendengarkannya, tapi mencoba memberikan nasihat lagi.
"Nah, sekarang jika engkau memaafkan seseorang, cabutlah paku itu"
Anak itu mendengarkan dan segera pergi ke pagar.

Ternyata tak berapa lama, anak itu kembali kepada ayahnya.
"Ayah, di setiap orang yang sudah saya maafkan, paku pada pagar sudah saya cabut"
Ayahnya merangkul anaknya sambil berjalan ke arah pagar.
"Lihatkah engkau pada pagar kita? Bayangkan pagar ini adalah hatimu. Yang tersisa dari kemarahanmu adalah hatimu yang tertutup, sedangkan yang tersisa dari kemarahan yang dimaafkan adalah bekasnya." Ayahnya menjelaskan.
"Walaupun engkau memaafkan seseorang, sesungguhnya hatimu masih tersisa bekas luka. Untuk itu, janganlah hatimu merasakan kemarahan emosimu. Lupakan saja, bebaskan hatimu dari luka itu", lanjut sang ayah.

Menurut saya, alangkah lebih baik jika kita tidak memasukkan kemarahan dalam hati ini dengan melupakan. Bagaimanapun juga, hati kita akan merasakan bekas-bekas kemarahan yang (mungkin) dapat terbuka kembali pada keadaan tertentu. Jika kita memaafkan seseorang, cobalah untuk melupakan kesalahannya, atau memaafkan lahir dan batin.

Bersihkan hati kita dalam menyambut hari kemenangan


Tidak ada komentar: